"BENTUK
ADAPTASI HEWAN AKUATIK"
Pengertian Adaptasi
Adaptasi
adalah cara bagaimana organisme mengatasi tekanan lingkungan sekitarnya untuk
bertahan hidup. Organisme yang mampu beradaptasi terhadap lingkungannya mampu
untuk:
a) memperoleh
air, udara dan nutrisi (makanan).
b) mengatasi
kondisi fisik lingkungan seperti temperatur, cahaya dan
panas.
c) mempertahankan
hidup dari musuh alaminya bereproduksi.
d)
merespon perubahan yang terjadi di sekitarnya.
Organisme
yang mampu beradaptasi akan bertahan hidup, sedangkan yang tidak mampu
beradaptasi akan menghadapi kepunahan atau kelangkaan jenis. Dalam beradaptasi,
hewan memiliki toleransi dan resistensi pada kisaran :
v
Zona Lethal
Kisaran ekstrim dari variabel lingkungan yang menyebabkan kematian
bagi organisme.
v
Zona Organisme
Kisaran
intermedier dimana suatu organisme dapat hidup.
Kepekaan terhadap stimulus
merupakan salah satu ciri utama kehidupan. Tujuan akhir dari respon adalah
untuk mempertahankan hidupnya. Respon heawan terhadap lingkungannya bervariasi
tergantung dari jenis dan intensitas stimulus, jenis spesies, stadium
perkembangan, umur, kondisi fisiologis dan kisaran toleransi terhadap
lingkungannya.
Apabila kondisi lingkungan
menjadi sangat tidak baik, maka yang terjadi adalah, pertama, hewan
meninggalkan tempat itu dan mencari tempat dengan kondisi yang lebih baik.
Kedua, hewan memberikan respon tertentu yang mampu mengatasi efek negative
perubahan tersebut. Ketiga, hewan itu akan mati.
A. RESPON DASAR HEWAN
Selama periode ontogeny
pada hewan dikenal tiga macam respon dasar yaitu respon pengaturan, respon
penyesuaian, dan respon perkembangan. Mekanisme ketiga respon itu berdasarkan
sistem umpan balik negatif. Agar mekanisme itu berhasil maka respon yang
dihasilkan harus sesuai besarnya, waktu tepat dan berlangsung cukup cepat.
1)
Respon Reversibel
Tipe respon dasar hewan yang reversible dan paling sederhana adalah
respon pengaturan (regulatori). Rspon fisiologi terjadi sangat cepat (refleks).
Contoh: perubahan pupil mata terhadap intensitas cahaya.
Tipe respon lain yang bersifat reversible adalah respon penyesuaian
(aklimatori), berlangsung lebih lama dari respon regulatori karena proses yang
fisiologi yang melandasinya melibatkan perubahan struktur dan morfologi hewan.
Contoh: di lingkuan bertekanan parsial oksigen rendah, terjadi proliferasi dan
pengingkatkan jumlah eritrosit, tubuh terdedah pada kondisi kemarau terik,
kulit mengalami peningkatan pigmentasi. Respon aklimatori umum terdapat pada
hewan berumur panjang, yang menghadapi perubahan kondisi musiman.
Reversibilitas respon penting sekali karena tiap tahun kondisi khas musimana
selalu berulang.
2)
Respon Tak-reversibel
Tipe respon tak-reversibel selama ontogeny adalah respon perkembangan.
Respon berlangsung lama karena melibatkan banya proses yang menghasilkan
perkembangan beraneka ragam macam struktur tubuh. Hasilnya bersifat permanen
dan tak reversible. Contoh : perubahan jumlah mata facet pada Drosophila
yang dipelihara pada suhu tinggi, atau terbentuknya keturunan cacat akibat
respon perkembangan embrio terhadap senyawa teratogenik dalam lingkungannya.
B. AKLIMATISASI
DAN ADAPTASI
Alkimatisasi dan adaptasi merupakan perwujudan respon terhadap
lingkungannya. Aklimatisasi terjadi pada periode ontogeny, reversible, dan
tidak diwariskan. Yang serupa dengan aklimatisasi adalah aklimasi. Perbedaannya
aklimatisasi menyangkut banyak faktor alami, aklimasi digunakan untuk satu atau
dua faktor yang terjadi dalam lingkungan terkontrol di laboratorium. Contoh :
respon Rana pipiens berupa laju konsumsi oksigen pada kondisi suhu tertentu
menjadi berbeda setelah mengalami aklimasi, dan perubahan ini tidak langgeng
Adaptasi melibatkan perubahan yang diakibatkan seleksi alam, bersifat
herediter, dan proses berlangsung meliputi sejumlah besar generasi yang
berurutan. Terdapat tiga macam hasil proses adapatasi pada hewan, yaitu :
1)
Adaptasi Fisiologis
Adaptasi
fisiologi adalah penyesuaian yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar yang
menyebabkan adanya penyesuaian pada alat-alat tubuh untuk mempertahankan hidup
dengan baik.
Adaptasi fisiologis (adaptasi fungsional) adalah seluruh perangkat
kemampuan fisiologis untuk menghadapi kondisi lingkungannya, meliputi proses
kimiawi, substansi kimiawi, enzim, ko-enzim serta hormon yang terlibat pada
proses tersebut. Adapatasi fiologis biasa didukung oleh adaptasi structural dan
perilaku.
2)
Adaptasi Morfologis
Adaptasi morfologi adalah penyesuaian pada organ tubuh yang disesuaikan dengan
kebutuhan organisme hidup.Contoh: Koral Madrepora berbeda bentuk pada
lingkungan yang berbeda. Adanya kesamaan corak dan kondisi lingkungan, mungkin
menghasilkan bentuk yang serupa pada berjenis-jenis hewan dari kelompok yang
bertaksonomi perkerabatan jauh.Contoh: berbagai jenis ikan dan mamalia yang
hidup di lautan. Adaptasi structural menyangkut seluruh aspek hidup hewan.
Misal: tipe mulut pada Insecta dan tipe paruh pada burung sesuai dengan jenis
makanannya.
Adapatasi dari berbagai struktur tubuh saling mendukung untuk melakuakn
suatu fungsi hidup, misal pada burung karnivor memiliki paruh yang kukuh dah
tajam, penglihatan tajam, daya terbang baik dan kaki bercakar kuat. Adaptasi
tidak hanya menyangkut bentuk dan besar struktur, melainkan juga warna, pola
pewarnaan, dan aspek fenotip lainnya.
Aturan
mengenai adaptasi structural pada hewan:
Ø Aturan Bergmann: Hewan yang
hidup di suhu tinggi cenderung bertubuh kecil dibandingkan kerabatnya yang
hidup di daerah suhu rendah.
Ø Aturan Allen: Paruh, daun
telinga, ekor dan bagian tubuh yang terjulur lainnya, cenderung lebih pendek
pada hewan yang hidup di daerah bersuhu rendah dibandingkan dengan kerabatnya
yang hidup di daerah bersuhu tinggi.
Ø Aturan Gloger: Hewan
homoterm di daerah beriklim panas dan lembab cenderung berpigmen hitam, di
daerah kering berpigmen kuning, coklat dan merah, dan pada daerah dingin pigmen
mengalami reduksi.
Ø Aturan Jordan: Jumlah
vertebrata pada jenis-jenis ikan di perairan bersuhu rendah cendurung lebih
sedikit dibandingkan dengan di peraiaran bersuhu tinggi.
Ø Sayap dari jenis burung di
daerah pegunungan atau beriklim dingin cenderung berukuran lebih panjang
dibandingkan dengan yang di dataran rendah atau beriklim panas.
3) Respon dan Adaptasi Perilaku
Perilaku hewan merupakan aktivitas terarah berupa respon terhadap
kondisi dan sumber daya lingkungan. Terjadinya suatu perilaku melibatkan
peranan reseptor dan efektor serta koordinasi saraf dan hormon. Jenis efektor
yang paling berperan adalah otot-otot tubuh.
Perilaku pada hewan rendah seluruhnya ditentukan secara genetic,
bersifat khas, terjadi secara otomatis. Pada hewan tinggi banyak mengandung
komponen yang tidak bersifat herediter, melainkan proses belajar yang dipengaruhi
faktor lingkungan. Pada Invertebrata berupa taksis atau refleks, pada serangga
berupa instink dan pada manusia ditentukan oleh komponen belajar dan menalar.
4) Adaptasi Tingkah Laku
Makhluk hidup melakukan penyesuaian diri terhadap
lingkungan di sekitar habitat tempat hidupnya tidak terkecuali manusia.
Adaptasi yang dilakukan makhluk hidup bertujuan untuk dapat bertahan hidup dari
kondisi lingkungan yang mungkin kurang menguntungkan. Di bawah ini adalah
merupakan beberapa bentuk adaptasi tingkah laku (behavioral adaptation) pada
binatang/hewan di sekitar kita disertai pengertian dan arti definisi :
1.
Mimikri
Mimikri adalah teknik manipulasi warna kulit pada binatang seperti
misalnya bunglon yang dapat berubah-ubah sesuai warna benda di sekitarnya agar
dapat mengelabuhi binatang predator/pemangsa sehingga sulit mendeteksi
keberadaan bunglon untuk dimangsa. Jika bunglon dekat dengan dedaunan hijau
maka dia akan berubah warna kulit menjadi hijau, jika dekat batang pohon warna
coklat, dia juga ikut ganti warna menjadi coklat, dan lain sebagainya.
2.
Hibernasi
Hibernasi adalah teknik bertahan hidup pada lingkungan yang keras dengan
cara tidur menonaktifkan dirinya (dorman). Hibernasi bisa berlangsung lama
secara berbulan-bulan seperti beruang pada musim dingin. Hibernasi biasanya
membutuhkan energi yang sedikit, karena selama masa itu biantang yang
berhibernasi akan memiliki suhu tubuh yang rendah, detak jantung yang lambat,
pernapasan yang lambat, dan lain-lain. Binatang tersebut akan kembali aktif
atau bangun setelah masa sulit terlewati. Contoh hewan yang berhibernasi yaitu
seperti ular, ikan, beruang, kura-kura, bengkarung, dan lain-lain.
3.
Autotomi
Autotomi adalah teknik bertahan hidup dengan cara mengorbankan salah
satu bagian tubuh. Contoh autotomi yaitu pada cicak / cecak yang biasa hidup di
dinding rumah, pohon, dll. Cicak jika merasa terancam ia akan tega memutuskan
ekornya sendiri untuk kabur dari sergapan musuh. Ekor yang putus akan melakukan
gerakan-gerakan yang cukup menarik perhatian sehingga perhatian pemangsa akan
fokus ke ekor yang putus, sehingga cicak pun bisa kabur dengan lebih leluasa.
4.
Estivasi
Estivasi adalah menonaktifkan diri (dorman) pada saat kondisi lingkungan
tidak bersahabat. Bedanya dengan hibernasi adalah di mana pada estivasi
dilakukan pada musim panas dengan suhu udara yang panas dan kering. Hewan-hewan
seperti kelelawar, tupai, lemur kerdil, dll akan mengestivasi diri di tempat
yang aman dan terlindung. Pada tumbuhan estivasi juga dilakukan oleh oleh pohon
jati dengan meranggas atau menggugurkan daun.
5.
Simbiosis
Rayap dan Flagellata
Rayap membutuhkan bantuan makhluk hidup lainnya yaitu flagelata untuk
mencerna kayu yang ada di dalam usus rayap. Tanpa flagellata rayap tidak akan
mampu mencerna kayu yang masuk ke dalam tubuhnya. Rayap-rayap kecil yang baru
menetas mendapatkan flagellata dengan jalan menjilat dubur rayap dewasa. Rayap
secara periodik melakukan aktivitas ganti kulit dan meninggalkan bagian usus
lama, sehingga rayap akan memakan kulit yang mengelupas untuk memasukkan
kembali flagellata ke dalam usus pencernaannya.
6.
Pernapasan
Ikan Paus
Ikan paus adalah mamalia yang mirip ikan dan hidup di air. Paus memiliki
paru-paru yang harus diisi dengan oksigen dari permukaan laut minimal setiap
setengah jam sekali. Ikan paus ketika muncuk ke permukaan akan membuang udara
kotor lewat hidung mirip seperti air mancur yang berisi karbon dioksida
bercampur uap air jenuh yang terkondensasi.
Themoregulasi adalah proses yang terjadi pada hewan
untuk mengatur suhu tubuhnya agar tetap konstan dinamis. Adapun mekanismenya
adalah mengatur keseimbangan antara perolehan panas dengan pelepasan panas.
Suhu tubuh hewan dipengaruhi oleh suhu lingkungan hewan. Namun untuk hidup
secara normal hewan harus memilih kisaran suhu yang lebih sempit dari kisaran
suhu tersebut yang ideal dan disukai agar proses fisiologis optimal. Suhu tubuh
konstan sangat dibutuhkan karena perubahan suhu berpengaruh pada konformasi
protein dan ativitas enzim juga pada energi kinetik molekul zat. Kenaikan suhu
Lingkungan mengakibatkan peningkatan laju reaksi yang berpengaruh pada
aktivitas metabolisme sel tubuh.
Kemampuan hewan untuk mempertahankan suhu tubuh ada 2,
yaitu :
1.
Hewan
poikiloterm adalah hewan yang suhu tubuhnya selalu berubah seiring dengan berubahnya suhu
lingkungan.
2. Hewan homeoterm adalah hewan yang suhu
tubuhnya selalu konstan sekalipun suhu lingkungannya berubah.
Interaksi panas yang menguntungkan: mengatur suhu tubuh yaitu
meningkatkan/menurunkan pelepasan panas dari tubuh dan memperoleh panas.
1. Konduksi: Perpindahan atau pergerakan
dua benda yang saling bersentuhan.
2.Konveksi: Perpindahan panas antara dua benda yang terjadi
melalui zat alir (fluida) yang bergerak.
Proses Konveksi:
Berlangsung sampai suhu tubuh kembali ke suhu normal. Perpindahan panas
bisa dipercepat, apabila kecepatan aliran fluida di sekeliling tubuh
ditingkatkan. Terjadi dari lingkungan ke tubuh hewan, misalnya pada saat udara
panas bertiup di dekat hewan, lama-kelamaan tubuh hewan akan menjadi lebih
panas juga.
3. Radiasi : Perpindahan panas antara dua
benda yang tidak saling bersentuhan, Frekuensi
dan Intensitas Radiasi:
Ø Tergantung pada suhu benda yang mengeluarkan radiasi.
Semakin tinggi suhu benda yang mengeluarkan radiasi, semakin tinggi pula
intensitas radiasinya.
Ø Tubuh hewan (kulit, rambut, dan bulu) menyerap panas
radiasi dengan baik.
Ø Berjemur pada hewan (khususnya poikiloterm) untuk
menaikkan atau memperoleh panas tubuh.
4.
Evaporasi
: Proses perubahan benda dari fase cair ke fase gas.
Evaporasi:
Cara penting untuk melepaskan panas tubuh. Hewan yang
tidak memiliki kelenjar keringat, jika tubuhnya panas, penguapan melalui
saluran pernafasan dengan cara terengah-engah (pada anjing diikuti dengan
menjulurkan lidahnya). Jika suhu tubuh meningkat, keringat akan membasahi
kulit, selanjutnya keringat akan menyerap kelebihan panas dari tubuh dan
mengubahnya menjadi uap, setelah keringat mengering, suhu tubuh pun turun.
Laju aliran panas pada suatu benda di pengaruhi oleh:
Ø Luas permukaan benda yang saling
bersentuhan.
Ø Perbedaan suhu awal antara kedua benda
tersebut.
Ø Konduktivitas panas (tingkat kemudahan
untuk mengalirkan panas yang dimiliki suatu benda) dari kedua benda.
DAFTAR PUSTAKA



Tidak ada komentar:
Posting Komentar